Wednesday, January 2, 2013

Dongeng Ketimun Emas 3 Bahasa

Timun Mas
Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani, istrinya bernama mbok sirni Mereka tinggal di sebuah desa di dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak pun. Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa mbok sirni dan suaminya. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.“Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan,” kata Raksasa. “Terima kasih, Raksasa,” kata suami istri itu. “Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak itu harus kalian serahkan padaku,” sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.
Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan. Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.
Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk mengambil Timun Mas. Mbok sirni itu mencoba tenang. “Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan memanggilnya,” katanya. Mbok sirni itu segera menemui anaknya. “Anakkku, ambillah ini,” katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. “Ini akan menolongmu melawan Raksasa. Sekarang larilah secepat mungkin,” katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri. Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu, telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia mengejar Timun Mas ke hutan. Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan susah payah. Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari menyelamatkan diri.
Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan, Raksasa tertidur. Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir, segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas. Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu tenggelam.


Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. “Terima Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku,” kata mereka gembira. Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup bahagia tanpa ketakutan lagi.


GOLDEN CUCUMBER
Long time ago, lived an old women named Mbok Sirni. She lived by herself because her husband had long passed away and she had no children. Every day, she prayed so God would give her a child. One night, when she was praying, a giant passed her house and heard her pray. “I can give you a child on one condition,” the giant said to Mbok Sirni, “You must give the child back to me when it is six years old.” Mbok Sirni was so happy; she did not think about the risk of losing the child later and agreed to take the giant’s offer. The giant then gave her a bunch of cucumber seeds. “Plant it around your house.” The giant then left without saying anything else. In the morning, Mbok Sirni planted the seeds. The seeds grew within mere days, and blossomed plentifully.Not longer after that, a big golden cucumber grew from plants. Carefully, Mbok Sirni plucked the golden cucumber and carried it home. With caution and care, she sliced the cucumber. She was very surprised to see a beautiful baby girl inside the cucumber. She then named the baby Timun Emas (it means Golden Cucumber).
Years passed by and Timun Emas has grew to become a lovely and beautiful little girl. She was also smart and kind. Mbok Sirni loved her very much. But she kept thinking about the time the giant would take Timun Emas away from her. One night, Mbok Sirni had a dream. In order to save Timun Emas from the giant, she had to meet the holy man who lived in Mount Gundul. The next morning, Mbok Sirni took leave of Timun Emas to go to Mount Gundul. The holy man then gave her four little bags, each one containing cucumber seeds, needles, salt, and shrimp paste. “Timun Emas can use these to protect herself,” said the holy man to Mbok Sirni.
A few days later, the giant came to see Mbok Sirni about her promise. “Mbok Sirni! Where is Timun Emas?” shouted the giant. “My daughter, take these bag with you. It can save you from the giant. Now, run through the back door,” said Mbok Sirni. But the giant saw Timun Emas running to the woods. The giant was angry. Starved and enraged, he rushed toward Timun Emas. Mbok Sirni tried to stop him, but the giant was unstoppable.
The giant was getting closer and closer, so Timun Emas opened the first bag she got from Mbok Sirni. Inside the bag were cucumber seeds. She threw the seeds, and instantly they grew into large cucumber field. But the giant ate them all, giving him more strength. As the giant was getting close, Timun Emas took the second bag with needles inside and spilled the content behind her. The needles turned into bamboo trees, sharp and thorny. The giant’s body was scratched and bled. “Aaargh, I’ll get you, Timun Emas!” shouted the giant as he tried to get himself out from the bamboo field. He made it and still chasing Timun Emas.
Timun Emas then reached the third bag and spilled the salt inside. The ground which the salt touched turned into a deep sea. The giant almost drown and had to swim to cross the sea. After some time, he managed to get out from the water. Timun Emas saw the giant coming, so she reached for the last bag. She took the shrimp paste and threw it. The shrimp paste became a big swamp of boiling mud. The giant was trapped in the middle of the swamp. The mud slowly but surely drowned him. Helpless, he roared out, “Help! Heeeeelp…!” Then the giant drown and died. Timun Mas then immediately went home. Since then, Timun Emas and Mbok Sirni live happily ever after.




NI KETIMUN EMAS
Ade tuturan satua I Ketimun Emas. Di desa anu di sisin alase,ade kuluarge petani sane idup bagia,idup sareng kalih sane istri madan men sirni nanging sane muani ten kauningin adan nyane. Sakewala kantos mangkin durung ngelah pianak. Sebilang wai sareng kalih mapinunas majeng Ida Sang Hyang Widhi Wasa,mangde kuluarge sareng kalih puniki kapicain pianak.Sedak dina anu,ada raksasa ngeliwat diarep umah kuluarge men sirni. I Raksasa mirengan pinunas kuluarga men sirni.Lantes I Raksase ngicenin kuluarge mek sirni batun ketimun.”Tanem batun ketimun puniki,mani kai kal maan pianak luh. Punike raosne I Raksasa.”Suksme raksasa”. pesaut kuluarge petani.”Sakewala ada syratne,yen suba pianak puniki ma umur 17 tiban, pianak punika patut waliang sareng kako”. Saut i raksasa. Krana kuluarga sareng kalih ngarepan pianak. tusing dawanan kayun, kuluarge punike cumpu tekening syarat nyane I raksase.
Kuluarga petani punika lantes nanem batun ketimun punika. Sabilang wai men sirni sareng kurnane miara  punyan ketimun sane mare mentik. Rikala sampun nemonin rahina punyan ketimun punike gelis gede tur baat tur mewarna keemasan. Risedek buah ketimun punike nasak, men sirni sareng kurnane, lantes ngalap saha adeng-adeng gati kurnane I sirni ngenteb punyan ketimun punike.Mek sirni sareng kurnane tengkejut dapetang buah ketimun punika misi rare luh sane jegeg. Men sirni lan kurnane laut seneng pisan.lantes bayi luh punike kadanin Ni Ketimun Emas.
Ngatiban-tiban kaliwatin,I ketimun emas dadi anak cerik sane meparas jegeg.Kuluarge petani punike sayang gati sareng Ni Ketimun Emas.Riantukan punika men sirni sareng kurnane takut pesan ritatkala I Raksase nagih nyemak Ni Ketimun Emas. yening  Ni Ketimun Emas sampun mayusa 17 tiban. Men sirni punika meusaha mesikap tenang. Ngelantes men sirni ngaukin ni ketimun emas.”Ni Ketimun Emas mai malu,ne meme mekelin  kantong kain anggen bekel rikale cening alihe sareng raksasa, kantung puniki anggen ngelindungin ,rikale ade baye…di kantongan punike jemak alat-alat anggon nylamatin dewek.Bape sareng mek sirni mabesen mangde ni ketimun emas enggal-enggal melaib ke alase joh apange sing bakatanga sareng I raksasa. Ni ketimun emas encolan megedi tur melaib,men sirni sareng kurnan nyane sanget pesan sebetne mek ningalin ni ketimun emas megedi.sagen sing mekelo teka I raksase nakonang ni ketimuun emas sareng men sirni lan kurnane…orahange ni ketimun emas di tengah,meklo pesan I raksase ngantosan, lantas I raksasa merasa ke bobogin, lantas I raksasa ngamuk tur menyahan umahne kuluarga petani punika. Lantas I raksase ngalihin ni ketimun emas dialase, saget tepukine ni ketimun emas sedek melaib….ni ketimun emas meras takut  lantes nyemak uyah uli di kantongan sane baange sareng memene, lantes uyah punike sambehin ke I raksase…lantes uyah punika mubah dadi pasih sane linggah,lantes I raksase tusing nyidang ngeliwat…I raksase ngelangi,tur ni ketimun emas nyidang melaib encolan. Saget nyidang I raksase ngliwatin pasih punike, ni ketimun emas bakatanga nguberin. lantes ni ketimun emas malih mesuang akepel tabia uli kantongne punika,sambehan di muane I raksase,dapetange mentik punyan tabia liu tur duinne tajem. ngenanin awakne I raksase lantes kesakitan. ni ketimun emas nyidang melaib,sakewanten I raksase nu nyidang nyragin. Malih ni ketimun emas nyemak batun ketimun uli kantong nyane punika sambehin di muane raksase, saget mentik punyan ketimun sane linggah tur mebuah liu. ditu I raksase kenyel tur kesedukan ngelantes ngajeng buah ketimun kanti wareg ngelantes raksase kiap tur pules…ni ketimun emas nyidang selamat,sing mekelo,raksasa punika bangun ngelantes nyaragin ni ketimun emas.Ni ketimun emas nyangetan takut lantes ia ningalin di kantongne punike karimalih siki bekel nyane ,wenten sero gen.lantes sero punike jemakne lantes sambehan di muane I raksase,ngelantes

No comments:

Post a Comment